sinopsis
Blackwood Manor memiliki penyewa baru. Saat arsitek Alex Hurst (Guy Pearce) dan kekasih barunya Kim (Katie Holmes) membenahi rumah mereka yang bernuansa Gothic. putri Alex, Sally (Bailee Madison), dapat mendengar suara2 bisikan yang memanggilnya dari ruang bawah tanah. Ingin memenuhi rasa ingin tahunya, Sally membuka gerbang yang membawanya ke neraka Dihadapkan pada kengerian yang mengancam dan menghancurkan hidupnya dan keluarganya, Sally mencoba untuk memperingatkan seluruh penghuni rumah, namun ada satu masalah: tidak ada yang percaya padanya. Apakah Sally dapat membuat mereka percaya, atau mereka akan menjadi bagian kisah horor Blackwood Manor?
Film ini lebih pada narrative horror: bayangkan, ada seorang putri 10 tahun terancam akan diculik makhluk-makhluk purba—yang akan berbuat apapun untuk mewujudkan keinginannya-- di sebuah rumah besar yang kuno, sementara ayahnya tak mempercayainya sedikit pun dan sibuk dengan urusannya sendiri.
Film ini mengerikan justru karena kita tak melihat hantunya. Dengan durasi 99 menit, film ini bukan semacam “perburuan” yang “pace” tinggi dan penyuntingan yang cepat. Melainkan, lebih pada “memancing” yang membutuhkan kesabaran, dan memberikan kepuasan pada waktunya. Mirip dengan 'Pan’s' atau 'The Devil’s Backbone' –dua film del Toro—atau 'Let the Right One In', pelan tapi menohok. Gaya dan sensasinyanya beda, tapi efek mendirikan bulu kuduknya tak kalah.
Tidak hanya itu, dari segi visual horror—dan fantasi visual lainnya—film ini juga tak kalah. Bahkan, pemandangan di tepi danau dan pinggiran kota New York pun dibuat dengan indahnya seperti di dunia dongeng, berkat besutan sinematografer Oliver Stapleton. Inilah atmosfer dunia horor-fantasi khas del Toro.
Film berkisah tentang Sally (dimainkan dengan sangat bagus oleh aktris cilik Bailee Madison), yang merasa dibuang oleh ibunya di Los Angeles untuk tinggal bersama ayahnya (Guy Pearce) dan pacar sang ayah, Kim (Katie Holmes) yang seorang desainer interior. Sang ayah sedang sibuk untuk merenovasi kastil antik seorang pelukis naturalis Emerson Blackwood (Garry McDonald).
Di awal, kita sudah disuguhi adegan dan keterangan betapa Blackwood ketakutan terancam makhluk kuno yang bersemayam di ruangan bawah tanah yang gelap dan dingin, hingga harus mengorbankan pengurus rumah, Miss Winter (Edwina Ritchard) demi mendapatkan anaknya yang ditawan para makhluk itu. Seperti formula “rumah berhantu”, Sally yang sebal dan merasa diabaikan ayahnya mencari kesibukan, dan tak lama hingga ia menemukan makhluk-makhluk yang—seperti yang diinfokan di 5 menit pertama film ini—akan menculiknya.
Sang mandor bangunan Harris (Jack Thomson) mengetahui hal itu dan berusaha menyelamatkannya. Sedangkan sang ayah menganggap anaknya meracau dan mencari perhatian. Hanya Kim yang peduli, tapi ia berjarak dengan Sally. Kengerian lebih mencekam ketika Sally menggambar penglihatannya. Kemudian, Kim menghadiahinya kamera (jadi ingat 'Shutter'!) untuk mengusir para makhluk yang takut cahaya itu.
Medium lukisan dan kamera foto adalah hal menarik untuk dikaji, mengingat keduanya mempunyai karakteristik yang berbeda dalam menangkap fenomena.
'Jangan Takut Gelap'? Pikir lagi dua kali. Selamat datang di dunia fantastis del Toro yang mencekam!
Film ini mengerikan justru karena kita tak melihat hantunya. Dengan durasi 99 menit, film ini bukan semacam “perburuan” yang “pace” tinggi dan penyuntingan yang cepat. Melainkan, lebih pada “memancing” yang membutuhkan kesabaran, dan memberikan kepuasan pada waktunya. Mirip dengan 'Pan’s' atau 'The Devil’s Backbone' –dua film del Toro—atau 'Let the Right One In', pelan tapi menohok. Gaya dan sensasinyanya beda, tapi efek mendirikan bulu kuduknya tak kalah.
Tidak hanya itu, dari segi visual horror—dan fantasi visual lainnya—film ini juga tak kalah. Bahkan, pemandangan di tepi danau dan pinggiran kota New York pun dibuat dengan indahnya seperti di dunia dongeng, berkat besutan sinematografer Oliver Stapleton. Inilah atmosfer dunia horor-fantasi khas del Toro.
Film berkisah tentang Sally (dimainkan dengan sangat bagus oleh aktris cilik Bailee Madison), yang merasa dibuang oleh ibunya di Los Angeles untuk tinggal bersama ayahnya (Guy Pearce) dan pacar sang ayah, Kim (Katie Holmes) yang seorang desainer interior. Sang ayah sedang sibuk untuk merenovasi kastil antik seorang pelukis naturalis Emerson Blackwood (Garry McDonald).
Di awal, kita sudah disuguhi adegan dan keterangan betapa Blackwood ketakutan terancam makhluk kuno yang bersemayam di ruangan bawah tanah yang gelap dan dingin, hingga harus mengorbankan pengurus rumah, Miss Winter (Edwina Ritchard) demi mendapatkan anaknya yang ditawan para makhluk itu. Seperti formula “rumah berhantu”, Sally yang sebal dan merasa diabaikan ayahnya mencari kesibukan, dan tak lama hingga ia menemukan makhluk-makhluk yang—seperti yang diinfokan di 5 menit pertama film ini—akan menculiknya.
Sang mandor bangunan Harris (Jack Thomson) mengetahui hal itu dan berusaha menyelamatkannya. Sedangkan sang ayah menganggap anaknya meracau dan mencari perhatian. Hanya Kim yang peduli, tapi ia berjarak dengan Sally. Kengerian lebih mencekam ketika Sally menggambar penglihatannya. Kemudian, Kim menghadiahinya kamera (jadi ingat 'Shutter'!) untuk mengusir para makhluk yang takut cahaya itu.
Medium lukisan dan kamera foto adalah hal menarik untuk dikaji, mengingat keduanya mempunyai karakteristik yang berbeda dalam menangkap fenomena.
'Jangan Takut Gelap'? Pikir lagi dua kali. Selamat datang di dunia fantastis del Toro yang mencekam!