Rabu, 18 Januari 2012

Asal Mula Taman Eden 100

Taman Eden 100 lahir dari kegelisahan Marandus akan kemiskinan dan kerusakan lingkungan. Kala itu penghujung tahun 1990-an. Dia memahami pesan Tuhan dalam kitab suci bahwa manusia harus menjaga alam. Akan tetapi, banyak perilaku manusia yang menunjukkan sebaliknya.
Seminar, diskusi, dan dialog tentang lingkungan hidup lebih banyak berhenti pada sebatas wacana tanpa kerja nyata.
Pada saat bersamaan, Marandus tersadarkan pada sebuah ironi: warga di sekitar Danau Toba jatuh pada kemiskinan, padahal mereka hidup di tepi Danau Toba yang penuh dengan sumber daya alam. Ikannya melimpah ruah dan tanaman tumbuh subur.
Ayah satu anak ini saat itu menjadi guru musik di Medan, kemudian pulang kampung ke Desa Sionggang Utara. Dia meminta izin keluarganya untuk menghutankan lahan 40 hektar milik keluarganya yang tak terawat.
Untuk membiayai niatnya itu, ia lantas menjual satu demi satu peralatan musiknya seperti gitar elektrik, keyboard, dan seperangkat drum. Semua uang itu dia gunakan untuk survei, membeli bibit pohon, dan merawat pohon-pohon yang ia tanam.
Tak kurang dari 100 jenis pohon produktif dia tanam. Dia membayangkan hutan yang dia bangun itu menjadi semacam surga bagi manusia. Selain melindungi lingkungan, juga bermanfaat secara ekonomi bagi warga, baik dari buah maupun kunjungan wisatawan. Obsesi itu dia abadikan dengan nama hutan: Taman Eden 100.
Kerja keras dan dedikasi Marandus menuai berbagai penghargaan. Beberapa adalah penghargaan Kalpataru bidang perintis lingkungan tahun 2005 dan Wahana Lestari Tahun 2010. Bagi Marandus, penghargaan hanya pemacu untuk bekerja lebih keras.
Menyusul penghargaan itu, minat pengunjung taman ini makin deras. Dalam sebulan, rata-rata pengunjung mencapai 1.200. Pada Juni-Juli, saat liburan (panjang) sekolah, jumlah pengunjung mencapai 100 per hari.
Taman Eden 100 kini menjadi megaproyek Marandus yang berorientasi pada lingkungan dan ekonomi masyarakat. Dia memproyeksikan pada tahun 2020 kelak Taman Eden 100 bertambah fasilitas berupa penginapan, tempat berkemah, pentas musik tradisional, dan wahana permainan untuk anak-anak.
Ayo, datang ke Taman Eden 100. Selain bisa menikmati keindahan alam, Anda tentu bisa melihat langsung kerja Marandus yang sarat akan nilai fundamental. Siapa tahu Anda terinspirasi untuk melakukan hal serupa: menjaga lingkungan hidup sembari memakmurkan sesama. 

sumber:  http://travel.kompas.com/read/2012/01/12/06071268/Merengkuh.Surga.di.Taman.Eden.100

Tidak ada komentar:

Posting Komentar