Senin, 04 April 2011

Awas, Pemutih Kulit Mengandung Merkuri!

Dalam catatan sejarah, masyarakat di zaman Mesir Kuno sudah memanfaatkan merkuri juga. Baru pada abad 18 dunia kedokteran memakai merkuri sebagai obat sifilis.

Namun, sekarang semua bahan obat dokter yang mengandung merkuri sudah ditinggalkan. Satu yang masih tersisa dan kendati menyalahi aturan, masih tetap dipasar-bebaskan sebagai bahan berkhasiat dalam krim pemutih kulit.

Merkuri inorganik dalam krim pemutih (yang mungkin tak mencantumkannya pada labelnya) bisa menimbulkan keracunan bila digunakan untuk waktu lama. Walau tidak seburuk efek merkuri gugusan yang tertelan (yang dari makan ikan tercemar), tetap menimbulkan efek buruk pada tubuh. Kendati cuma dioleskan ke permukaan kulit, merkuri mudah diserap masuk ke dalam darah, lalu memasuki sistem saraf tubuh.

Manifestasi gejala keracunan merkuri akibat pemakaian krim kulit muncul sebagai gangguan sistem saraf, seperti tremor, insomnia, kepikunan, gangguan penglihatan, gerakan tangan abnormal (ataxia), gangguan emosi, selain depresi. Oleh karena umumnya tak terduga kalau itu penyakitnya, kasus keracunan merkuri, sering salah didiagnosis sebagai kasus Alzheimer, Parkinson, atau penyakit gangguan otak.
Bagi mereka yang memakai krim pemutih sebaiknya perlu selalu mewaspadai jika tidak jelas apa kandungan bahan kimiawinya. Kendati tidak mencantumkan kandungan merkuri, tetap tidak boleh yakin pasti tidak bermerkuri. Buktinya, sekian puluh merek krim pemutih yang kedapatan tertangkap, ternyata mengandung merkuri.

Selain krim pemutih dan bahan peremaja kulit, kosmetik rias juga bukan tak ada yang berbahaya. Beberapa merek yang tertangkap BPOM pekan lalu ada juga yang berisi zat warna berbahaya (antara lain Rhodamine B pewarna tekstil) yang dipakai untuk pemerah pipi atau lipstik.

Terlepas dan apa bahan untuk pewarna perias kulit wajah, semua pemerah pipi tak boleh dipakai sewaktu siang hari (terpapar sinar matahari). Sebab, dapat menimbulkan sproeten pada bagian kulit yang biasa dimerahi.

Amati Label dan Baca Aturan Pakai *
Seperti halnya dalam menyikapi obat, pemakai kosmetik, apalagi kosmedik (jenis kosmetik berisi obat yang tidak boleh sembarang dipilih tanpa nasihat dokter), perlu terlebih dulu mengamati label selain membaca aturan pakainya.

Tidak semua merek kosmetik dan kosmedik jujur mencantumkan bahan kandungan yang dipakainya.
Setelah tahu banyak merek kosmetik maupun kosmedik yang nakal, kita menjadi perlu lebih waspada agar tidak sembarang memilih, terlebih jika sudah nyata-nyata mengandung bahan berbahaya seperti merkuri (selain ada juga yang mengandung cloquinol, vioform).
Dosis yang dianjurkan untuk tretinoin lazimnya 0,05 persen kalau dalam bentuk cair, 0,1 persen krim, sedang kalau berbentuk gel boleh sampai 0,25 persen. Jika suatu merek kosmedik berbahan tretinoin dosisnya melebihi takaran yang diperkenankan, batalkan memakainya. Sudah disebut kalau kelebihan dosis tretinoin malah bisa merusak kulit.

Sekarang semakin beraneka ragam jenis bahan kimiawi untuk kebugaran kulit wajah. Selain sedang in pemakaian olesan larutan vitamin C untuk tujuan yang sama, banyak pusat kecantikan dunia menawarkan bahan kimiawi untuk mengelupasi kulit (peeling), seperti glycolic acid, polyacrylamide gel, natural active lipids, Lipid ESUP-A, Cell-therapy, Cryo-Stem (memakai sel tunas sapi yang dibiak dan ditanamkan ke kulit), krim berisi hormon progesteron atau DHEA, glycosaminoglycans, terapi ozon, terapi oksigen, Collagen Replacement, selain terapi aroma dan terapi Chalazion.

Tentu tidak salah istri yang menambah indah kulit wajahnya. Semua suami hatinya pasti kinclong kalau pulang kerja melihat istri mukanya bening. Padahal, buat kebanyakan suami sebetulnya lebih butuh yang bening bukan cuma mukanya, tapi juga hatinya. Konon semakin bersantan suami, kebeningan hati istri terasa jauh lebih indah ketimbang wajah istri yang kinclong, tapi kumuh hatinya. Nggak percaya, tanya aja pada Pangeran Charles secara empat mata.
Kompas, 10/08/2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar